http://komisigratis.com/?reg=lindrafebriansyah

Sabtu, 01 Juni 2013

Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa Lampaui Filipina, Jika...

Ilustrasi. (Foto: okezone)JAKARTA - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, seharusnya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dilakukan sejak dua tahun lalu. Pasalnya, jika saat ini keputusan tersebut baru diambil oleh pemerintah, maka kebijakan ini sangat lah telat.

"Ini sudah telat dua tahun, seharusnya sudah dari dulu kebijakan menaikkan BBM bersubsidi. Mungkin pemerintah masih takut melihat dampak-dampaknya," ujar Jusuf Kalla, usai acara Diskusi Buku "Managing Indonesia's Transformation: An Oral History", di Hotel Darmawangsa, Jakarta, Sabtu (1/6/2013).

Dia pun menjelaskan, BBM bersubsidi jangan dinaikkan tanggung-tanggung. Semasa dirinya masih menjabat sebagai wapres, BBM bersubsidi pernah dinaikkan hingga 120 persen dan dampaknya memang terjadi inflasi. Namun demikian, inflasi hanya berdurasi enam bulan saja.

"Sebenarnya mau dinaikkan 120 persen juga enggak apa-apa, dulu kita pernah naikkan segitu, memang inflasi naik sedikit tapi itu hanya enam bulan, kemiskinan naiknya tidak banyak, kemiskinan hanya naik satu persen pada saat kita naikkan 120 persen," imbuh dia.

JK menegaskan, seandainya saja harga BBM tidak disubsidi sebesar saat ini, ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi Tanah Air pasti akan lebih baik dari pertumbuhan ekonomi di Filipina yang sebesar 7,8 persen.

"Kita bisa saja melebihi Filipina, kalau zaman dulu subsidi kita tidak sebesar ini. Ekonomi kita pasti akan jauh lebih baik dari mereka," ucapnya.

Lebih lanjut, untuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi rakyat terhadap kenaikan BBM yang diberikan oleh pemerintah tersebut efeknya sangat kecil. Namun bagi masyarakat yang membutuhkan BLSM ini dinilainya sangat penting.

"Jadi sebenarnya BLSM itu efek langsungnya ke masyarakat miskin itu kecil sekali. Namun BLSM tetap penting supaya untuk meringankan saja," ucap Jusuf Kalla.

Mantan Ketua Umum Parpol Golkar ini juga mengkritik pemerintah, kenaikan BBM ini seharusnya sudah lama dilakukan, namun pemerintah hanya sekadar wacana daripada penindakan. "Harusnya bukan sekarang lagi tapi harusnya dua tahun yang lalu BBM bersubsidi harus sudah naik," tutup Jusuf Kalla.

Sebagaimana diketahui, pemerintah berencana menerapkan kebijakan yakni menaikkan harga BBM bersubsidi pada premium yang sebelumnya Rp4.500 menjadi Rp6.500 dan solar sebelumnya Rp4.500 menjadi Rp5.500 per liter. Kebijakan pemerintah yang dilakukan ini adalah untuk mengurangi subsidi BBM yang sangat besar, dan membebani anggaran. (ade)

Tidak ada komentar: