http://komisigratis.com/?reg=lindrafebriansyah

Senin, 27 Januari 2014

Benarkah Berinvestasi Saham Menguntungkan?


Ilustrasi. (Foto: Okezone)INVESTASI menjadi kata yang sangat penting tetapi sulit dilaksanakan. Banyak orang hanya berpikir untuk menyimpan uang, bukan berinvestasi. Apa beda menyimpan uang dan menginvestasikan uang? Dengan hanya menyimpan, maka nilai uang semakin lama akan berkurang, sementara melalui investasi, nilai uang akan bertambah dalam jangka waktu panjang.

Meski demikian, hendaknya selalu memperhatikan risiko dalam berinvestasi dalam bentuk apapun investasi itu dilakukan. Apakah investasi langsung, misalnya dengan membuka toko, atau membangun pabrik, atau investasi properti dengan membeli tanah, atau rumah. Tak terkecuali berinvestasi di pasar modal.

Karena risiko investasi yang tinggi, terutama di instrumen saham, kata kunci yang selalu harus diingat adalah jangka waktu investasi yang panjang. Namun, seringkali muncul  fluktuasi harga saham akibat  faktor ekonomi global dan lainnya yang menghambat  investor untuk tetap yakin dan fokus pada tujuan investasi jangka panjang.

Pertanyaan yang paling sering ditanyakan seputar berinvestasi adalah seberapa besar imbal hasil yang bisa didapatkan dengan berinvestasi di pasar saham dan apakah investasi tersebut layak? Dibandingkan tabungan dan deposito, saham bisa  menjadi bagian dari rencana investasi jangka panjang.

Berbeda dengan tabungan, dengan tingkat imbal hasil yang rendah. Jika kita menyimpan dana tersebut di tabungan maka dana tersebut tidak bertumbuh sama dengan atau lebih tinggi dari tingkat inflasi, sehingga akan tergerus inflasi. Berbeda dengan saham yang merupakan produk investasi jangka panjang yang secara historis memberikan keuntungan lebih besar.

Memilih saham sebagai produk investasi jangka panjang merupakan investasi yang menjanjikan karena turunnya harga-harga saham di pasar secara historis berlangsung relatif singkat. Sementara kenaikan harga-harga saham, biasanya diawali dengan lonjakan tajam dan berlangsung cukup lama.

Dan perlu diingat, yang dinamakan krisis itu pasti tidak berlangsung lama. Krisis selalu diiringi dengan upaya untuk memperbaiki keadaan sehingga keadaan pasar saham pasti akan selalu pulih kembali setelah krisis.

Berdasarkan data pergerakan IHSG selama 15 tahun (Januari 1997-Februari 2012), periode dengan imbal hasil negatif berlangsung lebih singkat dari periode dengan imbal hasil positif. Selain itu jumlah periode dengan imbal hasil positif juga lebih banyak daripada periode dengan imbal hasil  negatif.

Ternyata hanya ada lima tahun yang membukukan imbal hasil negatif, sementara 10 tahun lainnya positif. Jadi sebenarnya investor punya cukup waktu untuk menutupi kerugiannya ketika pasar mengalami kejatuhan, dan bahkan membukukan keuntungan selama pasar dalam kondisi bullish

Tidak ada komentar: